Entri Populer

Minggu, 05 Desember 2010

LAPORAN AKHIR SOSIALISASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN SUMEDANG BAGIAN I

I. PENDAHULUAN
1. GEOGRAFIS KABUPATEN SUMEDANG
Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44’-70º83’ Lintang Selatan dan 107º21’-108º21’ Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan. Kabupaten Sumedang memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu
Sebelah Selatan : Kabupaten Garut
Sebelah Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang
Sebelah Timur : Kabupaten Majalengka
Kecamatan paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Buahdua dan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Cisarua.
Rincian Luas Wilayah setiap Kecamatan
1 Jatinangor 2.620 Ha.
2 Cimanggung 4.076 Ha
3 Tanjungsari 3.562 Ha
4 Sukasari 4.712 Ha
5 Pamulihan 5.785 Ha
6 Rancakalong 5.228 Ha
7 Sumedang Selatan 11.737 Ha
8 Sumedang Utara 2.826 Ha
9 Ganeas 2.136 Ha
10 Situraja 5.403 Ha
11 Cisitu 5.331
12 Darmaraja 5.494 Ha
13 Cibugel 4.880 Ha
14 Wado 7.642 Ha
15 Jatinunggal 6.149 Ha
16 Jatigede 11.197 Ha
17 Tomo 6.626 Ha
18 Ujungjaya 8.056 Ha
19 Conggeang 10.531 Ha
20 Paseh 3.437 Ha
21 Cimalaka 4.161
22 Cisarua 1.892 Ha
23 Tanjungkerta 4.014 Ha
24 Tanjungmedar 6.514 Ha
25 Buahdua 13.137 Ha
26 Surian 5.074
Topografi
Kabupaten Sumedang merupakan daerah berbukit dan gunung dengan ketinggian tempat antara 25 m – 1.667 m di atas permukaan laut.  Sebagian besar Wilayah Sumedang adalah pegunungan, kecuali di sebagian kecil wilayah utara berupa dataran rendah. Gunung Tampomas  (1.667 m), berada di Utara Perkotaan Sumedang.
Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang
Ketinggian dari Permukaan Laut (m)
1 Jatinangor  500 – 1000 dpl
2 Cimanggung  500-1000 lebih dpl
3 Tanjungsari  500-1000 lebih dpl
4 Sukasari  -
5 Pamulihan  -
6 Rancakalong 500-1000 lebih dpl
7 Sumedang Selatan 100 – 1000 lebih dpl
8 Sumedang Utara  100-1000 dpl
9 Ganeas -
10 Situraja 100-1000 lebih dpl
11 Cisitu -
12 Darmaraja  100-1000 lebih dpl
13 Cibugel 100-1000 lebih dpl
14 Wado 100 – 1000 lebih dpl
15 Jatinunggal -
16 Jatigede 100-500 dpl
17 Tomo 25 – 500 dpl
18 Ujungjaya 25 – 500 dpl
19 Conggeang –  50-1000 lebih dpl
20 Paseh  500-1000 dpl
21 Cimalaka  500-1000 lebih dpl
22 Cisarua -
23 Tanjungkerta  500-1000 dpl
24 Tanjungmedar -
25 Buahdua 50 – 1000 lebih dpl
26 Surian -
Keterangan : NR = Data tidak tersedia
Sedangkan topografi kemiringan lahan wilayah Kabupaten Sumedang dapat diklasifikasikan atas 5 kelas, yaitu :
0 – 8%, merupakan daerah datar hingga berombak dengan luas area sekitar 12,24%. Kemiringan wilayah dominan di bagian timur laut, barat laut, barat daya serta kawasan perkotaan;
8 – 15%, merupakan daerah berombak sampai bergelombang dengan area sekitar 5,37%. Kemiringan wilayah dominan di bagian tengah ke utara, barat laut dan bagian barat daya;
15 – 25%, merupakan daerah bergelombang sampai berbukit dengan komposisi area mencakup 51,68%. Kemiringan lereng tipe ini paling dominan di Wilayah Kabupaten Sumedang. Persebarannya berada di bagian tengah sampai ke tenggara, bagian selatan sampai barat daya dan bagian barat;
25 – 40%, merupakan daerah berbukit sampai bergunung dengan luas area sekitar 31,58%. Kemiringan lereng tipe ini dominan di wilayah Kabupaten Sumedang bagian tengah, bagian selatan dan bagian timur;
Lebih dari kemiringan 40%, merupakan daerah bergunung dengan luas area mencakup sekitar 11,36%. Kemiringan lereng tipe ini dominan di wilayah Kabupaten Sumedang bagian selatan, bagian timur dan bagian barat daya.
Hidrologi dan Klimatologi
Aspek hidrologi suatu wilayah sangat diperlukan dalam pengendalian dan pengaturan tata air wilayah tersebut, berdasarkan hidrogeologinya, aliran-aliran sungai besar di wilayah Kabupaten Sumedang bersama anak-anak sungainya membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dapat digolongkan terdiri 3 DAS dengan 6 Sub DAS  yaitu DAS Cimanuk meliputi Sub DAS Cimanuk Hulu, Cipeles, Cimanuk Hilir, Cilutung, DAS Citarum meliputi Sub DAS Citarik serta DAS
Cipunegara meliputi Sub DAS Cikandung.
Secara umum terjadi penurunan kuantitas curah hujan dan jumlah hari hujan dibanding dengan keadaan selama tahun sebelumnya. Dari tabel diketahui rata-rata kuantitas curah hujan tahun 2008 adalah 1.251 mm, mengalami penurunan dibanding Tahun 2007 adalah 2.365 mm, begitu pula dengan jumlah hari hujan, mengalami penurunan yaitu 72 HH
pada Tahun 2008 dari 125 HH pada Tahun 2007. Pada Tahun 2008 jumlah hari hujan terbesar berada di Kecamatan Wado yaitu sebesar 124 hari hujan (HH) dan yang terkecil adalah Kecamatan Cibugel yaitu hanya 34 HH.
Luas dan Sebaran Kawasan Budidaya
Luas lahan yang tidak diusahakan relatif sangat kecil dibandingkan dengan luas lahan yang sudah diusahakan. Hal ini menunjukan bahwa  Kabupaten Sumedang memiliki Sumber Daya Alam memadai yang siap diolah. Luas lahan yang berupa sawah sebanyak 21,95%, luas lahan berupa Hutan Negara sebanyak 29,78%, luas lahan berupa tegal / kebun sebanyak 23,04% dan hutan rakyat sebesar 8,96%. Hal ini memperlihatkan bahwa luas wilayah Kabupaten Sumedang untuk kehutanan dan pertanian ternyata lebih dari 50% dari luas wilayah Kabupaten Sumedang.
Luas dan Sebaran Kawasan Lindung
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, terdapat 10 jenis kawasan lindung meliputi :
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya.
a) Hutan lindung, terletak di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH);
b) Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan;
c) Kawasan resapan air terdiri dari Gunung Cakrabuana 560 ha,
Gunung Tampomas 1.280,39 ha, Gunung Kareumbi 8.624,80 ha,
Gunung Manglayang 1.800 ha.
2. Kawasan perlindungan setempat.
a) Sempadan pantai;
b) Sempadan sungai, meliputi 215 sungai yang terbagi dalam DAS Cimanuk (Sub-DAS Cimanuk 38 sungai, Sub-DAS Cipeles 85 sungai, Sub-DAS Cipelang 9 sungai, Sub-DAS Cilutung 5 sungai) dan DAS Citarum (Sub-DAS Citarik 18 sungai dan DAS
Cipunagara Sub-DAS Cikandung 50 sungai);
c) Kawasan sekitar danau / waduk, Waduk Jatigede;
d) Kawasan sekitar mata air, terdapat 331 sumber mata air;
e) Tanah timbul / Delta, di Tomo, Ujungjaya dan lainnya.
3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya.
a) Cagar Alam, Cagar Alam Gunung Jagat seluas 126,6 ha (SK Mentan tahun 1954);
b) Suaka margasatwa;
c) Suaka alam laut dan perairan;
d) Kawasan hutan payau.
4. Kawasan pelestarian alam.
a) Taman nasional;
b) Taman hutan raya, Taman Hutan Raya Gunung Palasari dan Gunung Kunci 35,81 ha;
c) Taman wisata alam, Taman Wisata Alam Gunung Tampomas 1.280,39 ha (SK Mentan Tahun 1979) Ha dan Gunung Lingga 1,20 ha.
5. Taman buru, Taman Buru Masigit Kareumbi (di Kabupaten Bandung, Garut dan Sumedang) seluas 8.624,80 ha.
6. Kawasan perlindungan plasma nutfah, antara lain Ubi Cilembu, Talas Semir, Jeruk Cikoneng.
7. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Cadas Pangeran, Desa Adat Rancakalong, Museum Geusan Ulun, Makam Cut Nyak Dien, dan Makam Dayeuh Luhur.
8. Kawasan konservasi geologi, terdiri dari kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars.
9. Kawasan rawan bencana alam
a) Kawasan rawan bencana alam gunung berapi.
b) Kawasan rawan gempa bumi, terdiri dari kawasan rawan gempa bumi dan kawasan rawan gerakan tanah seperti di Kawasan Cadas Pangeran, Paseh, Tomo, Ujungjaya, Wado, Jatinunggal, Jatigede, Situraja, Ganeas, Sumedang Selatan, Rancakalong, Pamulihan.
c) Kawasan rawan banjir, seperti Ujungjaya, Tomo, Cimangung, Jatinangor.
10. Hutan Kota, antara lain taman hutan raya, taman hutan raya Gunung Palasari dan Gunung Kunci 35,81 ha.

Rencana Kawasan Lindung
Dalam upaya tercapainya 49% kawasan lindung di Kabupaten Sumedang, sampai Tahun 2008 realisasinya mencapai 67.524,80 Ha (44,36%). Untuk mencapai sasaran seluas 74.587,8 Ha (49%) diperlukan penanganan seluas 7.063 Ha (4,64%) yang diproyeksikan selama 4 tahun atau 1.765,75 Ha (1,16%) pertahun.
Sampai saat ini pengelolaan kawasan lindung secara menyeluruh belum dapat dilaksanakan secara optimal, dikarenakan beberapa hal antara lain belum tersedia database kawasan lindung secara komprehensif  dan detail sehingga diperlukan inventarisasi dan pemetaan. Selain itu, kawasan lindung (diluar kawasan hutan) mempunyai nilai ekonomi sehingga mendorong masyarakat untuk mengekploitasi (termasuk aktivitas pertanian) terlebih bagi yang tidak memiliki lahan. Begitu juga
dalam penetapan luasan kawasan lindung, dimana dalam RTRW Jawa Barat sebesar telah ditetapkan sebesar 45% yang terdistribusikan secara proporsional di wilayah kabupaten / kota dan dalam RTRW Kabupaten Sumedang ditetapkan sebesar 49%. Penentuan kebijakan dari propinsi tersebut tidak dibarengi dengan kebijakan bantuan anggaran, sehingga menghambat dalam pelaksanaan perluasan kawasan lindung ini

Kondisi Demografi

 

Jumlah penduduk Kabupaten Sumedang tahun 2005 tercatat sebanyak 1.045.826 jiwa, sedankan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 1.091.674 jiwa, yang terdiri dari 545.740 jiwa adalah laki-laki dan 545.934 jiwa perempuan, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 4,38 %. Dengan membandingkan data tersebut diatas maka terjadi kenaikan jumlah penduduk dari tahun 2005 ke tahu 2008 sebayak 45.848 jiwa. Mata pencaharian penduduk kabupaten sumedang sebagian besar terkonsentrasi di sektor pertanian sebanyak 199.664 atau 43.85 % diikuti oleh sektor perdagangan besar/kecil sebanyak 89.718, sektor industri sebanyak 57.876 atau 17,10 %. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang paling sedikit adalah sektor keuangan yakni sebanyak 2.406 atau 0,53%

Sesuai dengan kondisi alamnya, Kabupaten Sumedang memiliki potensi kesuburan tanah yang cukup baik dengan suhu udara sedang, iklim sedang, lama penyinaran matahari cukup baik, jumlah hari hujan efektif cukup banyak dan curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi alam yang demikian merupakan potensi yang sangat mendukung dan menguntungkan untuk kegiatan budidaya pertanian, sementara itu mata pencaharian pokok masyarakat Kabupaten Sumedang pada umumnya masih berada pada sektor pertanian dan perkebunan campuran (43,85 %). Hal ini akan meringankan beban biaya yang harus dikeluarkan dalam usaha budi daya pertanian dan sekaligus akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas lahan.

Keberuntungan yang diperoleh dari anugrah kondisi sumber daya alam sebagaimana tersebut pada umumnya dinikmati oleh masyarakat yang berada di daerah pedesaan, terutama di kawasan bagian utara (Buahdua, Conggeang, Surian), bagian tengah (Cimalaka, Cisarua, Ganeas, Situraja, Sumedang Utara dan Sumedang Selatan), sebagian wilayah barat (Tanjungmedar, Tanjungkerta, Rancakalong, Pamulihan dan Tanjungsari), serta wilayah bagian timur (Ujungjaya, Tomo, Jatigede, Jatinunggal, dan Wado). Kondisi wilayah Sumedang bagian utara memiliki potensi sumber daya alam yang cukup baik dalam pengembangan kegiatan pertanian, sehingga wilayah Sumedang bagian utara merupakan daerah kantong produksi pertanian untuk mensuplai sebagaian besar kebutuhan pokok masyarakat Kabupaten Sumedang. Untuk mendukung kegiatan agrobisnis ini, di wilayah Kecamatan Sumedang Selatan sedang dikembangkan Kawasan Agroteknobis Sumedang (KAS) sebagai laboratorium lapangan budi daya pertanian dan uji coba kultur jaringan yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan Kementrian Ristek/BPPT.

Kemudian di wilayah Sumedang bagian timur telah berjalan proses pembangunan Bendung Jatigede, walaupun masih dalam tahap pembebasan lahan. Kegiatan tersebut akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi Kabupaten Sumedang, antara lain apabila pembangunan bendungan tersebut berjalan sebagaimana rencana, maka paling tidak Kabupaten Sumedang akan mendapatkan keuntungan dari pengembangan potensi agrobisnis dan pariwisata. Demikian juga rencana pembangunan Pelabuhan Udara Internasional di wilayah Kabupaten Majalengka yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sumedang, akan turut mewarnai proses pembangunan di Kabupaten Sumedang. Peluang potensial yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah terbukanya akses perdagangan regional dan internasional atas berbagai produksi komoditas
unggulan Kabupaten Sumedang.

Dilihat dari lingkungan sosialnya, Kabupaten Sumedang memiliki kondisi lingkungan yang cukup berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat terutama di wilayah bagian tengah, selatan dan barat. Pada wilayah bagian tengah dan selatan, khususnya Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan, kedua wilayah ini merupakan pusat pemerintahan sebagai Ibukota Kabupaten Sumedang, pusat perdagangan, dan pusat mobilitas penduduk. Kondisi ini telah berpengaruh terhadap dinamika kehidupan masyarakat, terutama tingginya aktivitas ekonomi di wilayah perkotaan. Dampak positif yang dihasilkan adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat, tetapi juga telah mengakibatkan ketidaknyamanan lingkungan perkotaan sebagai akibat dari kurang tertibnya para pengguna lahan diperkotaan, terutama dengan maraknya jumlah PKL dan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor.

Wilayah Kabupaten Sumedang bagian barat yaitu di Kecamatan Jatinangor terdapat Kawasan Pendidikan Tinggi dan telah berdiri berbagai perguruan tinggi yang berskala nasional, seperti STPDN, UNPAD, IKOPIN dan UNWIM. Dalam kerangka kebijakan Provinsi Jawa Barat maupun kebijakan nasional wilayah ini telah dijadikan kawasan perguruan tinggi yang merupakan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan bagi pemanfaatan sumber daya alam dan kapasitas masyarakat lokal untuk bisa bersaing pada era globalisasi dan perdagangan bebas. Keberadaan kawasan Perguruan Tinggi tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di wilayah tersebut, baik terhadap kondisi ekonomi maupun sosial budaya, terutama pada bidang pendidikan itu sendiri. Dilihat dari perspektif pembangunan pendidikan, posisi kewilayahan yang strategis sebagaimana tersebut akan sangat berpengaruh terhadap akselerasi pencapaian masyarakat berpendidikan yang cerdas.

Masih di kawasan Sumedang bagian Barat dan Selatan, juga terdapat Kawasan Industri di Kecamatan Cimanggung dan Jatinangor, yang sudah barang tentu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian masyarakat dan penyerapan tenaga kerja setempat. Dalam dekade dua puluh tahun terahir ini, kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah bagian barat (Jatinangor, Cimanggung, Tanjungsari, dan Sukasari) telah berubah dengan cepat dari kawasan pedesaan tertinggal menjadi kawasan kota-kota satelit sebagai penyangga Kota Metropolitan Bandung. Disamping telah berdampak secara positif, perkembangan kondisi yang sangat cepat tersebut juga telah berdampak terhadap semakin berkurangnya daya dukung lahan dan terjadinya kerusakan lingkungan hidup dan ekosistem wilayah.

Dalam perspektif pembangunan kesehatan, orbitasi kewilayahan Kabupaten Sumedang yang relatif mudah dijangkau, yang berkaitan dengan jarak, waktu tempuh, sarana transportasi dan biaya yang harus dikeluarkan, akan memberikan pengaruh terhadap akselerasi pencapaian indeks kesehatan. Jarak tempuh terjauh antara sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas) dengan Desa, berdasarkan wilayah kerja Puskesmas berada di Kecamatan Tomo yaitu Desa Cicarimanah yaitu sekitar 60 Km, dengan waktu tempuh antara 90 - 120 menit. Kondisi topografis demikian tentu akan mempengaruhi kecepatan penanganan masalah kesehatan yang ada, terlebih apabila dihadapkan pada masalah bencana alam dan kejadian luar biasa (KLB) atas penyakit tertentu.



3. Potensi Ekonomi Kabupaten Sumedang

Kabupaten Sumedanag adalah salah satu kabupaten yang berada di bawahpemerintahan Propinsi Jawa Barat. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.522,2 Km2 dengan 26 kecamatan yang ada di dalamnya. Jumlah populasi yang ada mencapai 1.091.674 dimana 545.740 jiwa adalah wanita dan 545.934 jiwa adalah pria. Struktur pendidikan masyarakat setempat tidak berbeda jauh dengan kabupaten lain yang ada di Jawa Barat. Sekitar 2,1 persen penduduknya yang menikmati pendidikan tinggi. Mereka yang telah lulus pendidikan SLTA hanya 11,5 persen. 

Pertanian adalah mata pencaharian utama penduduk Kabupaten Sumedang. Daerah ini terkenal dengan hasil padi. Jumlah produksi padi di Sumedang mencapai 408.643 ton dimana hasil padi sawah mencapai 388.981 ton sedangkan hasil padi ladang mencapai 19.622 ton pada tahun 2006. Produksi padi menyebar secara merata di semua kecamatan. Kecamatan penghasil padi sawah terbanyak adalah Kecamatan Buahdua dan Cinggeang. Sedangkan penghasil padi ladang terbesar berasal dari Kecamatan Jati Gede dan Tomo. 

Selain itu Sumedang juga penghasil palawija. Jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau, kedelai dan kacang tanah juga ada di dalamnya. Produk palawija terbesar adalah jagung dengan jumlah panen pada tahun 2006 mencapai 44.600 ton. Produk jagung banyak terdapat di Kecamatan Tanjung Sari dan Cibogel. Adapun produk palawija lainnya yang juga memiliki hasil melimpah adalah ubi kayu. Produk ini banyak dihasilkan dari Kecamatan Cibogel dan Jati Nunggal. 

Kabupaten ini juga kaya akan sayuran. Mulai dari cabe merah, bawang merah sampai dengan cabe rawit terdapat di sana. Produk sayuran terbesar adalah kubis dan ketimun. Panen kubis pada tahun 2006 mencapai 74.410 ton dan ketimun mencapai 33.004 ton. Kubis banyak terdapat di Kecamatan Asukasari dan Pamulihan. Sedangkan ketimun banyak terdapat di Ujung Jaya dan Sumedang Utara. 

Sumedang juga kaya akan buah-buahan, perkebunan dan juga peternakan. Produk buah terbanyak adalah pisang dan salak. Output pisang mencapai 99.369 ton yang terkonsentrasi di Kecamatan Buahdua dan Paseh. Sedangkan salak banyak terdapat di Conggeang. 

Ternak besar terdiri dari Sapi, Sapi Perah, Kerbau dan Kuda. Ternak Sapi lebih disukai dari pada ternak lainnya. Populasi Sapi di Sumedang mencapai 29.840 ekor. Sapi banyak terdapat di Kecamatan Jatigede, Jatinunggal dan Pamulihan. Untuk ternak kecil, Domba lebih disukai dari pada Kambing. Populasi Domba merata hampir di semua Kecamatan. Domba terbanyak terdapat di Cimanggung dan Pamulihan. Untuk ternak unggas, Ayam Buras lebih di sukai dari pada Ayam Ras dan Itik. Populasi Ayam Buras mencapai 956.980 ekor. 

Untuk perkebunan, Sumedang merupakan daerah penghasil banyak jenis tanaman kebun seperti aren, cengkeh, jahe, kelapa dalam, kelapa hibrida, kapuk, lada kopi, melinjo, tebu dan tembakau. Jenis perkebunan yang menghasilkan output terbesar adalah kelapa dalam dan tembakau. Output kelapa dalam rata-rata pertahun berkisar 15.476 ton. Sedangkan tembakau mencapai 16.704 ton. Kelapa dalam terdapat hampir di semua kecamatan sedangkan tembakau banyak terdapat di Kecamatan Jatigede. 

Kontribusi ekonomi terbesar yang ada di Sumedang berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi sektor ini mencapai 27 persen dengan nilai ekonomi mencapai Rp 1,2 trilyun. Adapun kontribusi PDRB dari lainnya berasal dari sektor industri. Kontribusi sektor ini mencapai 16 persen dengan nilai ekonomi mencapai lebih dari Rp 766 milyar. Industri besar banyak terdapat di Cimanggu. Cimanggu merupakan lokasi strategis untuk industri karena letaknya yang berbatas dengan kabupaten Bandung. Untuk industri berskala kecil dan sedang banyak terdapat di Kecamatan Tanjungsari. Kecamatan ini juga menjadi pusat industri kecil dan sedang 
karena lokasinya berbatasan dengan Kabupaten Bandung.

Perkembangan Kabupaten Sumedang masih didominasi oleh pertanian, khususnya tanaman pangan padi. Daerah penghasil utama padi terkonsentrasi di Kecamatan Darmaraja, Wado, Ujungjaya, Conggeang, dan tanaman Buahdua. Diluar padi, produk unggulan lainnya adalah jagung, pisang, kacang gondolo, kencur, dan jeruk.
Kabupaten ini juga memiliki hasil pertanian khas lokal yaitu ubi cilembu. Ubi ini cukup terkenal bagi mereka yang kerap melakukan perjalanan ke berbagai tempat wisata baik di sepanjang jalan ciawi menuju sukabumi, ciawi memnuju puncak, atau berbagai jalan menuju lokasi wisata di sekitar bandung. Ubi ini hanya cocok tumbuh di tanah Kecamatan Tanjung sari. Selain ubi, daerah Sumedang Selatan juga menghasilkan jeruk Cikoneng, sawo semir, salak bongkok, dan pisang. Terakhir, kondisi tanahnya yang berbukit-bukit bisa dimanfaatkan menjadi lahan tanaman obat-obatan sekaligus wisata kesehatan.
Tahu sumedang merupakan makanan ciri khas dari kabupaten ini. Saking terkenalnya makanan ini tidak hanya terdapat di sumedang tapi juga dikota-kota lain. Selain tahu, kabupaten sumedang, tepatnya di daerah yang disebut jatinangor, dikenal juga sebagai pusat pendidikan. STPDN, Ikopin, Universitas Wiyata Mukti, dan Unpad adalah empat perguruan tinggi negeri dan swasta yang berada di Jatinangor.
Kabupaten ini juga menghasilkan barang-barang kerajinan tangan yang khas seperti wayang golek dengan berbagai tokohnya (semar, cepot, gareng, dawala, rama, shinta), alat musik angklung, kendang, panah, tombak, hiasan dinding berbentuk cecak dan kepala orang indian hingga patung asmat.
Meski berada posisi ketiga untuk ketegori kepemilikan luas areal pesawahan, Sumedang berada di peringkat pertama dalam hal produksi padi pada tahun 2006 lalu. Predikat ini mementahkan dominasi kawasan pantura, seperti Indramayu, Subang, Karawang, dan Cirebon dalam produktivitas perberasan di Jawa Barat. Sumedang pun menjelma menjadi kabupaten percontohan yang produktif dalam membudiyakan padi.

Sebagai salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat, Sumedang sejak lama diandalkan sebagai salah satu kawasan pertanian produktif. Secara administratif kabupaten yang dikenal dengan sebutan Kota Tahu ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di sebelah Utara, Kabupaten Garut di sebelah Selatan, Kabupaten Majalengka di sebelah Timur, serta Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang di sebelah Barat.

Saat ini, Sumedang memiliki wilayah seluas 1.522,21 km², terbagi atas 26 wilayah kecamatan dan 277 Desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta jiwa. Dari jumlah itu, 50 persen lebih dari penduduk Kabupaten Sumedang berprofesi sebagai petani, dan umumnya adalah petani padi.

Luas areal pesawahan yang dimiliki Sumedang saat ini lebih kurang seluas 33.426 ha atau sama dengan 21,96% dari total luas wilayah yang dimiliki. Luas areal pesawahan ini menempatkan Kabupaten Sumedang pada posisi ketiga bersama Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Majalengka, untuk kategori kepemilikan luas areal pesawahan terluas yang ada di Jawa Barat. Setelah Kabupaten Garut dan Cianjur pada posisi kedua, dan kabupaten-kabupaten yang ada di kawasan Pantura (Indramayu, Cirebon, Subang, dan Karawang)) pada posisi pertama.

Namun, luas areal persawahan ternyata bukan jaminan dalam menggenjot produksi padi. Buktinya, walaupun hanya berada posisi ketiga untuk ketegori kepemilikan luas areal pesawahan, namun pada tahun 2006 yang lalu produksi padi Kabupaten Sumedang berada pada tempat pertama di Provinsi Jawa Barat. Prestasi ini menyingkirkan dominasi kabupaten-kabupaten lain yang sebelumnya dikenal sebagai lumbung padi yang ada di kawasan pantura.

Prestasi spektakuler itu diraih, di antaranya karena tanaman padi di kabupaten yang pernah bergabung dengan kesultanan Mataram di era Pemerintahan Depati Rangga Gempol, Depati Rangga Gede, dan Depati Ukur, ini tidak hanya didominasi oleh areal pesawahan saja, tapi juga ditopang oleh areal non sawah. Selain itu pastinya karena perhatian dan dukungan yang sangat besar dari Pemerintah Kabupaten Sumedang di bawah kepemimpinan Don Murdono, terhadap sektor pertanian, khususnya tanaman padi.

Pemda setempat mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk sektor pertanian tanaman pangan, yaitu sebesar Rp. 9,9 miliar pada tahun 2007 lalu. Dukungan dan perhatian Pemerintah Kabupaten Sumedang terhadap tanaman padi juga diberikan dalam bentuk program yang konkret dan komprehensif, mulai dari pembangunan dan pengembangan irigasi, rehabilitasi jaringan irigasi, rehabilitasi JITUT dan JIDES, Pembuatan embung, stimulan rumah pompa dan irigasi, pembuatan rorak, pengadaan pompa dan perlengkapannya.

Berbagai program penyaluran bantuan pun dilakukan, di antaranya bantuan teknologi pengolahan lahan, bibit unggul, serta pupuk. Pemda juga mengadakan bimbingan cara berusaha tani, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), penyedian dan penggunaan air (TGA), hingga proses panen dan pasca panen. Selain itu, sejak tahun 2004 Kabupaten Sumedang telah menyosialisasikan sistem kluster kepada para petani guna mendorong petani berorientasi pada bisnis. Khusus untuk program ini Pemda Sumedang telah menganggarkan dana sebesar Rp 4,9 miliar yang bersumber dari APBD.

Berbagai keberhasilan pemerintah kabupaten dan masyarakat Sumedang di sektor tanaman padi menjadikan Sumedang sebagai kabupaten percontohan untuk program-program yang terkait dengan Orizzasativa. Salah satunya adalah percontohan Model Usaha Tani Baru, yang berlokasi di lahan persawahan di desa Desa Gunasari, Kecamatan Sumedang. Model Usaha Tani Baru, atau disebut juga model farm, merupakan usaha tani yang dikelola oleh kelompok tani atau gabungan kelompok tani di atas lahan persawahan seluas 120 hektar yang disertai dengan penerapan menajemen dan teknologi efisien dan ramah lingkungan.

Dalam program ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, memberikan pinjaman kepada kelompok tani tersebut berupa pupuk Phonska dan benih padi masing-masing sebanyak 300 kg dan 25 kg per hektar. Pinjaman itu wajib dikembalikan atau dibayarkan setelah panen, sesuai dengan jumlah benih dan pupuk yang dipinjamkan. Pembayaran pinjaman tersebut tidak diserahkan ke pihak provinsi, melainkan digulirkan dan dipakai kembali oleh pengelola untuk musim tanam padi berikutnya. Pembayaran pinjaman itu sendiri bisa berupa gabah atau uang yang dikeluarkan dari hasil panen, sesuai perjanjian dengan pengelola.

Udara nan sejuk, tanah yang subur, dan struktur alam Kabupaten Sumedang yang didominasi oleh kawasan pegunungan dan perbukitan membuat lahan persawahan yang ada di Sumedang menjadi sangat unik dan istimewa dibandingkan dengan areal-areal persawahan yang ada di kabupaten lainnya di Bumi Pasundan. Areal persawahan di Kabupaten Sumedang tidak hanya didominasi oleh lahan datar yang terhampar luas, tapi juga berupa terassiring yang tertata indah mempesona di kaki perbukitan.

Dari kejauhan, tampak panorama alam Sumedang benar-benar menakjubkan, seakan tengah berada di areal persawahan di Pulau Dewata, Bali. Ditambah lagi dengan situs-situs bersejarah yang begitu banyak terdapat di Kabupaten Sumedang, seperti benteng-benteng pertahanan Belanda yang dibangun di era Perang Dunia I, seperti Benteng di Pasirlaja, Pasirkolocer, dan Benteng Darmaga, Benteng Gunung Kunci, situs Gunung Tampomas, situs Gunung Lingga, makam Pahlawan Nasional Tjoet Nyak Dhien, dan Museum Prabu Geusan Ulun si Sumedang yang menyimpan berbagai bukti sejarah kejayaan Kerajaan Sumedang Larang,
Kekayaan Sumedang makin sempurna dengan adanya Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS) Nangorak, yang terletak pada ketinggian 900 meter dari permukaan laut. Letak wilayah, budaya masyarakat, dan stuktur alam yang memukau merupakan alasan yang sangat potensial untuk menjadikan Kabupaten Sumedang sebagai Kabupaten agrowisata atau kabupaten agrobisnis. Apalagi terkait dengan beberapa proyek berskala nasional yang dipastikan berdampak langsung bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Sumedang, seperti Pembangunan Waduk Serbaguna Jatigede yang diperkirakan sebagai waduk terbesar di Asia Tenggara, Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Kertajati, dan Bandara Kertajati di Majalengka.

Namun, seiring dengan perjalanan waktu, areal pesawahan Kabupaten Sumedang, terutama yang berada pada posisi strategis dari waktu ke waktu terus mengalami penyusutan yang sangat drastis. Pada tahun 2005, misalnya, luas areal pesawahan di Kabupaten Sumedang seluas 33.460 ha. Pada tahun 2006, areal ini berkurang menjadi 33,426 ha. Begitu juga dari tahun 2006 ke tahun 2007 dipastikan juga menyusut.

Penyusutan itu berakibat langsung pada penurunan produksi padi di Kabupaten Sumedang. Penyusutan areal pesawahan itu disebabkan oleh alih fungsi dari areal pesawahan menjadi kawasan pemukiman, jalan raya, tempat usaha, industri, dan lain sebagainya. Mungkin juga karena keserakahan manusia. 

Kelompok Tani (Poktan) Jembar Rahayu, Desa Jembar-wangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, tengah menunggu hasil verifikasi untuk memperoleh penghargaan predikat kelompok petani terbaik ringkat nasional tahun 2010.
Kelompok tani yang diketuai oleh Andi (32), warga Desa Jembarwangi itu, telah dinyatakan masuk dalam nomine kelompok petani terbaik tingkat nasional, dalam budi daya dan pengembangan mangga jenis gedong gincu.
"Untuk menentukan terpilih tidaknya kelompok tani itu sebagai penerima predikat dan penghargaan tersebut, sekarang tinggal menunggu hasil penilaian tim verifikasi," ujar H. Ramadi, Kepala Bidang Hortikultura pada Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kab. Sumedang, Selasa (2/11).
Ia menjelaskan, tim verifikasi sudah melakukan tugasnya sekitar satu bulan lalu. "Jadi, kdni hanya tinggal menunggu hasilnya saja, apakah dapatmeraih penghargaan terbaik atau tidak. Yang pasti untuk di Provinsi Jawa Barat memang tidak ada saingan. Saingan ter-beratnya hanya daerah Pasuruan, Jawa Timur," tuturnya.
Karnadi mengatakan, berdasarkan keterangan yang diperoleh dari tim penilai tingkat nasional, kelompok tani tersebut masuk nominasi itu. Hal itu dikarenakan kelompok tani itu dinilai sangat proaktif dalam memajukan dan mengern-bang-kan usaha pertaniannya.
"Salah satu buktinya, mereka telah berhasil menerapkan beberapa cara teknologi budidaya pada tanaman gedong gincun-ya sehingga bisa berbuah tanpa mengenal musim panen," katanya.
Selain itu, pada tahun 2009 Sumedang juga telah tercatat dalam daftar prestasi pertanian nasional. Pada tahun 2009, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Karyamukti, Kec. Tomo, Sumedang Aweh (67) berhasil meraih penghargaan sebagai petani percontohan dari Presiden.

II. SISTEM RESI GUDANG

Setiap tahun dan setiap musim petani selalu menghadapi masalah yang sama pada waktu panen tiba. Bukannya kegembiraan yang mereka peroleh, seperti harapan waktu mulai menannam, tetapi kenyataan pahit karena harga komoditi hasil panennya anjlok di pasar. Di sisi lainnya mereka membutuhkan uang untuk menutupi modal dan pinjaman  yang telah dikeluarkan sebelumnya  serta untuk meneruskan kehidupannya. Mereka terpaksa


Senin, 29 November 2010

Sistem Resi Gudang



Beberapa Masalah Yang Sering Dihadapi Oleh Petani

  • Pada musim panen raya petani menjual gabah dengan harga lebih rendah bahkan terendah, sehingga pendapatan petani lebih  kecil (tidak optimal).

  • Petani yang ingin menyimpan gabah secara mandiri mengalami kesulitan, karena petani terdesak oleh kebutuhan hidup yang musti segera terpenuhi, disamping petani memerlukan modal usahatani untuk musim tanam berikutnya. 

  • Jika petani ingin meminjam uang kepada bank, maka petani menghadapi kesulitan, karena petani tidak mempunyai agunan/jaminan. Akibatnya petani menggadaikan/ijon gabahnya dengan harga jual yang lebih rendah dan petani membayar hutang dengan bunga lebih tinggi


Sinar Harapan (Rabu, 30 Juni 2010):
“Para Petani di Kebumen dan Kulonprogo tidak dapat melepaskan diri dari ketergantungan terhadap tengkulak. Petani menjual harga panennya kepada tengkulak dengan harga Rp 2.800/kg, lebih rendah dari HPP yang ditetapkan pemerintah. Hal tersebut dilakukan dengan alasan hubungan kekeluargaan, kekerabatan, kebutuhan dana tunai yang sangat mendesak dan tengkulak mau membeli gabah dalam keadaan basah”


Pengertian Sistem Resi Gudang (SRG)

Sistem Resi Gudang (SRG) adalah kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang. Sistem Resi Gudang merupakan salah satu instrumen penting dan efektif dalam sistem pembiayaan perdagangan.
Pengertian Resi  Gudang (RG)

Resi Gudang adalah dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh Pengelola Gudang yang telah mendapat persetujuan dari Bappebti.


No
GUDANG SENDIRI
GUDANG SISTEM RESI GUDANG
1.
Komoditi disimpan di gudang yang sederhana
Komoditi disimpan di gudang yang telah memenuhi standar SNI 3771
2.
Komoditi yang disimpan memiliki resiko kerusakan akibat kebocoran dan dimakan tikus yang menjadi resiko sendiri
Komoditi yang disimpan di gudang SRG, resiko kerusakan akibat kebocoran dan dimakan tikus menjadi tanggungjawab pengelola gudang
3.
Tidak diasuransikan akibat kebakaran, kebanjiran,
Resiko kebakaran dan kebajiran sudah diasuransikan oleh pengelola gudang
4.
Kualitas yang disimpan di gudang tidak standar sehingga mudah mengalami penurunan kualitas
Diwajibkan standar karena sudah dilakukan pengujian mutu supaya layak disimpan
5.
Kerusakan komoditi di gudang sendiri tidak diperhitungkan sebagai biaya atau kerugian
Penyimpanan di gudang SRG dikenakan biaya karena resiko kerusakan komoditi menjadi tanggungjawan Pengelola Gudang


No
GUDANG SENDIRI
GUDANG SISTEM RESI GUDANG
6.
Harga jual setelah penyimpanan tidak mendapatkan harga yang optimal
Harga jual setelah penyimpanan mendapatkan harga yang optimal
7.
Komoditi yang disimpan tidak bisa diterbitkan untuk bukti kepemilikan
Komoditi yang disimpan bisa diterbitkan sebagai bukti kepemilikan dalam bentuk resi gudang
8.
Komoditi yang disimpan tidak dapat digunakan untuk memperoleh pembiayaan dari bank
Resi gudang sebagai bukti kepemilikan dapat digunakan untuk memperoleh pembiayaan dari bank
9.
Posisi tawar petani pada saat penjualan kurang kuat
Posisi tawar petani pada saat penjualan sangat kuat karena penjualan bersama-sama dalam jumlah yang besar

Manfaat Resi Gudang Bagi Petani :


qSistem Resi Gudang (SRG) memungkinkan petani secara berkelompok dapat menunda penjualan gabah pada saat harga rendah dan menjualnya pada saat harga lebih tinggi .
qPetani/Kelompok tani/Gapoktan/Koperasi  dapat memperoleh kredit sebesar 70% dari nilai Resi Gudang untuk digunakan sebagai modal usahatani pada musim tanam berikutnya ataupun keperluan lainnya.

qPlafon pembiayaan Resi Gudang Rp 75 juta per petani, apabila kelompok tani memiliki anggota 10 orang maka plafon kelompok adalah Rp 750 juta.

qPetani/kelompok tani /Gapoktan/Koperasi hanya dikenakan biaya bunga 6 % per tahun jika mengagunkan Resi Gudang di Bank dan tidak ada biaya provisi dan biaya notaris.